GERAKAN LITERASI DI BALIK MEJA
Wednesday, 11 October 2017
1 Comment
Hampir semua lembaga survei
menyebutkan bahwa minat baca di Indonesia sangatlah rendah, Merujuk data yang
dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, sebanyak 91,58 persen penduduk
Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka menonton televisi.begitu juga
pada Tahun
2015, Perpustakaan Nasional juga melakukan kajian. Hasilnya, minat baca
masyarakat juga menunjukkan angka 25,1 atau kategori rendah. Terlebih lagi
sebuah studi internasional "Most Littered Nation In the World"
yang dilakukan oleh Central Connecticut
State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat
ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah
Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Merujuk dari
hasil survei di atas, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadikan
literasi sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu dengan gerakan
literasi sekolah (GLS), tidak hanya itu dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran kurikulum 2013 revisi 2017 literasi juga menjadi unsur yang harus
dimasukkan di dalamnya. Hal ini tentu saja karena pemerintah, yang dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menaruh perhatian besar dan usaha melakukan perbaikan dalam gerakan
literasi sekolah secara nasional.
Gerakan
literasi sekolah akan berhasil jika pihak sekolah dalam hal ini guru dan tenaga
kependidikan bersinergi dalam mewujudkannya, harapan untuk mewujudkan generasi
emas tahun 2045 akan terwujud salah satunya dengan jalan menggalakkan kegiatan
literasi di sekolah, sebagai bekal kompetensi siswa dari bacaan yang memperkaya
khazanah keilmuan, kompetensi, maupun daya saing secara global.
Guru adalah ujung tombak
pelaksana kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah, di tangan guru lah kunci
keberhasilan setiap program yang sudah dirancang sedemikian rupa. Terkait
masalah literasi di sekolah guru pun harus memiliki inovasi agar peserta didik
terbiasa dengan kegiatan literasi sejak dini, tanpa inovasi maka penguatan
literasi akan berjalan di tempat.
Sebagai seorang guru di SDN
2 Tanjung kabupaten tabalong, penulis melihat rendahnya literasi siswa , survey yang dirilis dari BPS, Perpustakaan Nasional, dan Central Connecticut State University adalah
fakta di lapangan yang tak terpungkiri. Sebuah realitas menunjukkan bahwa bagaimana siswa menghabiskan waktunya
tidak dengan membaca atau menulis, namun menonton televisi, akses internet
seperti media sosial atau bermain game, tanpa adanya minat terhadap buku-buku yang
sudah tersedia.
Rendahnya minat terhadap
iterasi ini dapat dilihat dari keinginan untuk membaca buku. Jangankan buku
yang berbayar, buku yang disediakan gratis di perpustakaan sekolah, daerah
maupun perpustakaan swasta hampir tidak pernah dikunjungi karena memang bagi
mereka bukan sesuatu yang menarik.
Berdasarkan fenomena
rendahnya minat literasi di atas, penulis melakukan terobosan agar siswa
memiliki minat terhadap literasi yaitu dengan melakukan penanaman literasi
dibalik meja.
Inspirasi seperti ini
didapatkan dari meja-meja di tempat makan yang ada tulisannya berupa iklan,
promosi ataupun hal-hal yang lain. Disadari atau tidak, adanya tulisan di meja
hadapan kita membuat otak kita otomatis akan memberikan respon untuk membacanya,
terlebih lagi di saat kita menunggu sesuatu dan ada tulisan di depan kita,
tentu tulisan itu yang menjadi fokus utama.
Gerakan literasi ini
berdasarkan kajian yang mendalam terhadap rendahnya minat siswa terhadap sebuah
bacaan baik itu yang ada di perpustakaan maupun yang ada di perpustakaan kelas,
buku-buku itu hampir tidak tersentuh terlebih lagi tidak ada arahan dari pihak
sekolah untuk membiasakan membaca buku. Setiap waktu senggang, siswa
menghabiskan waktu dengan berbelanja, bermain dan melakukan sesuatu yang mereka
senangi tapi tidak untuk literasi dan itulah kenyataan yang tentu saja menjadi
tantangan seorang guru agar mampu memecahkan masalah rendahnya minat literasi
siswa SDN 2 Tanjung.
Penulis berfikir bahwa untuk
menanamkan literasi sejak dini harus ada sesuatu yang berbeda dan yang paling sering
mereka temui setiap saat. Memulai dan membiasakan minat terhadap literasi adalah
hal paling utama yang menjadi tujuan penulis karena seperti sebuah istilah “bisa karena biasa, kebiasaan yang berulang
akan menjadi karakter”.
Penulis tertuju pada sebuah
meja di tempat mereka duduk sehari-hari untuk melaksanakan kegiatan belajar. Meja
menjadi tempat yang paling sering mereka lihat sehari-hari, bukan gambar atau
tulisan di dinding yang selama ini lazim dilakukan dan itu belum terbukti
menumbuhkan minat siswa terhadap literasi.
tahapan pelaksanaan kegiatan literasi di balik meja ini adalah menyiapkan bahan-bahan sebagai berikut :
1.
Taplak Meja Plastik Transparan
2.
Paku payung
3.
Kumpulan Cerita
Setelah semua bahan terkumpul, penulis kemudian mengimplementasikan rancangan kegiatan ini. Pertama, guru bersama siswa mengukur ukuran plastik
transparan untuk diletakkan di meja masing-masing. Setelah ukuran didapatkan
maka setiap plastik dipotong dengan ukuran yang sama dan ditempelkan ke meja
masing-masing dengan paku payung. Kumpulan cerita hasil unduhan dari
berbagai macam sumber yang sesuai dengan tingkat kognitif siswa kemudian diletakkan di balik taplak meja transparan siswa dengan judul cerita yang tidak sama untuk masing-masing individu.
Durasi membaca cerita tidak ditentukan bisa kapan saja. Namun untuk assesmen, 3 hari sekali mereka bertukar bahan cerita dengan
temannya yang lain untuk memperkaya bahan bacaan, dan setiap 3 hari juga guru
meminta siswa secara acak untuk bercerita dari apa yang mereka baca di depan
kelas.
Kegiatan seperti ini memiliki manfaat untuk mengetahui tingkat minat mereka
terhadap bacaan dan melatih kemampuan berbicara di depan umum. Walaupun dalam
pelaksanaannya tidak semua siswa lancar dalam bercerita, guru kemudian membimbing dan
menjelaskan bagaimana bercerita agar lebih menarik di depan teman-temanya. Satu
kertas saja bisa berarti banyak buat siswa dan menjadi sarana penguatan literasi di kelas.
Kombinasi membaca dan berbicara seperti ini
sangatlah unik, karena siswa secara langsung dan tidak langsung membaca apa yang
ada di balik meja, setiap saat mereka duduk pandangan mereka tidak jauh dari meja,
dan disitulah misi terhadap penanaman literasi mulai bisa dijalankan, dari hal
yang sederhana dengan membaca kertas di balik meja, tentu saja membuat siswa
haus akan bacaan dan berusaha menambah bacaan-bacaan lain di luar yang mereka
dapatkan di meja.
Setelah kegiatan literasi di
balik meja ini, penulis menemukan hal-hal yang berbeda dari siswa yaitu
tuntutan terhadap bacaan-bacaan baru menjadi permintaan siswa yang tentu dengan
sekuat tenaga guru berusaha mewujudkannya. Begitu pula di saat mereka terlibat
percakapan, cerita-cerita yang mereka sudah baca menjadi bahan pembicaraan yang
tentu saja menambah minat masing-masing siswa untuk semakin giat membaca.
Terlepas berhasil tidaknya
gerakan literasi di balik meja ini adalah niat seorang guru dalam
melaksanakannya dan siap sedia menyediakan bahan bacaan yang bermutu buat
siswa, biarlah siswa memulainya dari kertas kemudian dilanjutkan tingkatannya
membaca sebuah buku.
Penanaman literasi sejak
dini akan menjadi kebiasaan yang akan terus tertanam dalam jiwa siswa karena
segala sesuatu yang dibiasakan sejak dini akan berpengaruh terhadap karakternya
di masa depan. Benar kiranya pujangga arab mengatakan “’Al’ilmu fis shigari kannaqsyi ‘alal hajari’ yang artinya ilmu
yang ditanamkan sejak dini bagaikan mengukir di atas batu. Kebiasaan yang rutin dan terjadwal akan mengakar kuat dalam dirinya sehingga harapan guru ke depannya siswa mampu
berbuat lebih banyak dengan luasnya pengetahuan yang dia miliki, ke depannya tidak hanya
menjadi penonton namun menjadi penampil yang kompeten.
Penulis berharap gerakan
seperti ini dilaksanakan di setiap sekolah di Indonesia, dan tentu saja memohon
pemerintah agar menyediakan bahan bacaan singkat seperti selebaran, poster yang
bisa menjadi materi baca anak dalam kegiatan literasi di bawah meja.
Mulailah dengan hal paling
kecil dan paling dekat itulah modal utama penulis melaksanakan penanaman
literasi di balik meja, seiring waktu minat dan rasa penasaran siswa akan bahan
bacaan yang lain tentu akan bertambah, sehingga harapan pemerintah untuk
meningkatkan minat literasi akan semakin meningkat, yang artinya Indonesia dengan
kuatnya budaya literasi Indonesia akan memiliki Sumber daya Manusia yang
kompeten di masa yang akan datang dan mampu sejajar dengan negara-negara lain.
1 Response to "GERAKAN LITERASI DI BALIK MEJA"
mantap banget
Post a Comment